Rabu, 21 Januari 2015

Belajar International Sign Language

Setelah saya belajar Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) saya mencoba untuk belajar International Sign Language atau kerap kali dikenal sebagai bahasa isyarat internasional. Pada kesempatan kali ini saya belajar lewat tutorial yang ada dalam kamus elektronik Bahasa Isyarat hak cipta Ibu Galuh Sukmara Soejanto, S.Psi, M.A , seorang deaf educator. Pertama kali belajar gampang-gampang susah memang, tetapi setelah dipelajari ternyata mirip dengan belajar BISINDO. Saat ini saya baru mengenal isyarat internasional abjad dari A-Z. Lain kesempatan saya ingin belajar lebih untuk bahasa isyarat internasional, mungkin nanti teman-teman deaf dapat berbagi ilmunya dengan saya. Terima kasih. Always smiling to inspire others. 

International Sign Language

Komik Yang Menyelamatkan

Oleh : Dimyati Hakim

            Teman-teman, setelah saya membaca buku tentang “Guru Cinta” yang di dalamnya memuat tentang kisah guru inspiratif, satu kisah mengagumkan saya peroleh dari Bapak Dimyati Hakim.
           
Begini, di awal kisahnya beliau menceritakan kalau kekurangan dan kelemahan yang beliau sandang adalah ketidakmampuannya dalam mendengar segala sesuatu. Indera pendengarannya sudah tidak berfungsi sejak beliau lahir. Beliau memang cacat pendengaran tetapi otaknya tidak cacat. Nasihat ibunya bahwa di balik kecacatan pasti ada kelebihan dan kecacatan bukanlah hambatan untuk meraih prestasi. Baginya ketika indera pendengaran tidak berfungsi dapat dialihkan ke indera penglihatan yaitu mata. Jadi mata dapat berperan ganda, yaitu melihat dan mendengar. 

            Kaum tunarungu kehilangan fungsi indera pendengaran, mereka dapat mengenal dan belajar serta menguasai bahasa melalui indera penglihatan, tentunya bila penyajiannya dilakukan secara tertulis dengan dukungan ilustrasi. Secara lisan dapat digunakan bahasa isyarat baik lewat isyarat struktural maupun isyarat konseptual.
            Menurut pengalaman Bapak Dimyati Hakim, cara paling efektif bagi penyandang tunarungu adalah melalui cerita bergambar atau ilustrasi yang ada balon bicara, berupa bacaan atau cerita komik yang dapat ditangkap dengan kekuatan indra penglihatan. Komik bukan hanya bacaan yang menghibur tetapi juga dapat menambah wawasan bahasa. Bacaan komik sangat cocok bagi tunarungu yang tidak dapat berkomunikasi dengan masyarakat.
            Secara sepintas komik itu kelihatannya seperti tidak ada apa-apanya dan hanya berisi rangkaian gambar cerita saja, namun bila ditelaah secara cermat, sesungguhnya komik memiliki kontribusi yang besar bagi pengembangan bahasa, khususnya siswa tunarungu.
Manfaat Komik Bagi Tunarungu
           
Program membiasakan anak tunarungu untuk suka komik atau gemar membaca komik perlu disosialisasikan, digalakan dan dikembangkan karena memiliki dampak yang positif bagi perkembangan bahasa dan kepribadian anak tunarungu, antara lain : Pertama, membantu tunarungu memperkaya pembendaharaan kosa kata. Kedua, Bacaan komik membantu tunarungu untuk mengenal dan memahami bentuk dan pola kalimat. Dalam cerita komik sarat dengan adegan dialog dalam balon bicara, itu akan membantu tunarungu mengenal dan memahami bentuk kalimat, pola kalimat, gaya bahasa dan aturan atau hukum tata bahasa Indonesia yang berlaku. Ketiga, bacaan komik melatih tunarungu dalam keterampilan komunikasi dan negosiasi dengan lawan bicara. Keempat, bacaan komik mampu membantu tunarungu untuk lebih peka terhadap lingkungan, cepat tanggap. Kelima, bacaan komik membantu tunarungu untuk lebih meningkatkan kemampuan intelegensi, imajinasi dan kreativitas bernalar. Keenam, komik merangsang inspirasi dan inisiatif serta cepatan aksi-reaksi dalam pikiran, ucapan, gagasan atau ide dan tindakan serta memiliki sikap kritis yang bersifat membangun. Ketujuh, bacaan komik mampu meredam gejolak kejiwaan yang mengarahkan ke hal-hal negatif. Kedelapan, bacaan komik mampu menumbuhkan keberanian, memupuk rasa percaya diri dan mempercepat proses adaptasi dengan lingkungannya.
            Jika anak tunarungu belajar dari kasus-kasus yang diceritakan komik, maka komik menjadi media pembentuk pribadi anak yang pemberani, punya rasa percaya diri dan tidak minder dengan masyarakat sekitar. Bacaan komik membentuk kepribadian yang mandiri, berakhlak mulia, berbudi luhur, berwawasan serta bermartabat.
            Bacaan komik adalah guru yang baik, karena dapat menyajikan cerita bergambar dan balon bicara dengan tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga anak tunarungu memiliki bekal ilmu pengetahuan yang baik tentang kehidupan bermasyarakat. Berkat komik, anak tunarungu mampu mengatasi kesulitan dan kekurangannya sebagai akibat ketunarunguannya. Demikianlah ringkasan yang dapat saya bagikan kepada teman-teman, semoga bermanfaat. Always smiling to Inspire others :)

Budi Wicaksono – Founder Difable Care Community UNNES



Jumat, 16 Januari 2015

Jejak Pejalan Sunyi , Sebuah perjalanan mengarungi kesunyian demi kesunyian

Oleh : Mukhanif Yasin Yusuf
Sebuah buku yang mengangkat kisah perjalanan hidup Mukhanif Yasin Yusuf sebagai seorang tunarungu, sebagai seorang pengembara dalam dunia "ketidakmungkinan".
Terdiri dari 18 Bab yang di dalamnya menceritakan lika-liku kehidupan sang penulis yang sangat menyentuh hatiku. Bagiku, beberapa bab di dalam buku ini menyimpan pelajaran yang sangat luar biasa.
Di Bab 5 "Ia Mendengar dengan Cara Berbeda" misalnya, si Ishak harus menerima perlakuan yang kurang mengenakkan dari gurunya. Keterbatasan yang dimiliki Ishak tak membuat dirinya mengeluh dan putus asa sebab ia yakin apa yang terjadi adalah yang terbaik bagi dirinya. Dengan menerapkan suatu cara agar dapat mendengar apa yang disampaikan oleh guru-gurunya, Ishak menjalani kehidupannya di sekolah.
Di Bab 6 " Ia Masih Diuji" perjalanan Ishak untuk melanjutkan pendidikan ke MTs pun bukan tanpa halangan, ia harus menerima siksaan yang mebuat hatinya tersayat luka. Satu pernyataaan sikap Ishak "Aku memang tuli, tapi hatiku takkan pernah tuli". Bagi Ishak, tiada kata menyerah dalam keterbatasan yang dia miliki, dalam pikirannya yang terpenting ia berusaha menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya sebab setelah semua dijalani, diusahakan, diikhtiarkan maka Tuhan-lah yang menentukan akankah usahanya berhasil atau tidak.
Di Bab 9 " Bangkit" aku menemukan sosok Ishak yang menjadi pribadi sebenarnya. Ku temukan puisi di bab ini, begini :
Nyanyian Sunyi 
Di bawah terangnya rembulan malam 
Ku simpan sebuah makna 
Dalam sanubariku
Yang tak dapat kau raih 
Ku nyanyikan sebuah lagu 
Di tengah kesunyian malam 
Namun 
Sunyi tetap membisu 
Yang terdengar hanyalah lagu sendu 
Yang aku dendang di kesunyian malam
Ah begitu mendalam makna yang terkandung di dalamnya. Puisi ini merupakan tempat pengungsian bagi dirinya untuk membebaskan diri dari kesunyian dan kegelisahannya.
Di Bab 11 "Jalan Pembuka" Ishak menjelma menjadi sosok yang berpengaruh. Di SMA, Ishak menjadi seorang ketua OSIS, masuk sebagai finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) tingkat Provinsi Jawa Tengah.
Di Bab 17 " Aktivis Difabel" membuka mataku bagaimana perjuangannya mengangkat kaum difabel yang sering termarjinalkan, mengalami diskriminasi dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik hingga kehidupan sosial. Dari situlah semangatnya muncul untuk mengaungkan isu difabel di kampusnya lewat forum mahasiswa difabel.
Secara keseluruhan, buku ini sangatlah inspiratif, kisah-kisah yang terkandung di dalamnya disusun secara apik dan mampu mengugah hati ini untuk menyelami setiap makna hidup yang ada.
Budi Wicaksono 

- Founder Difable Care Community UNNES


Jumat, 02 Januari 2015

Persahabatan Inklusi : Aku dan Natalia


Kali ini aku mau bercerita bagaimana awal mulanya aku dan Natalia bisa berteman dan sekarang bersahabat baik, berhubung banyak orang yang bertanya : lho kok bisa Budi Wicaksono anak Fakultas Ilmu Pendidikan berteman dengan Natalia anak Fakultas Bahasa dan Seni ? Hehehe itulah kami. 



Awal aku ketemu Natalia itu sewaktu verifikasi mahasiswa baru Universitas Negeri Semarang tahun 2014, kebetulan pas itu aku lagi jaga stand advokasi. Keluarlah dirinya didorong oleh ayahnya menggunakan kursi roda ke stand-stand khusus mahasiswa baru. Saat itu dalam hatiku bergusar, ya inilah kesempatan, kesempatan yang diberikan Tuhan untuk mengenalnya. Tak tahan air mataku menetes melihat semangat Natalia yang saat itu aku belum mengenalnya.
Perkenalan awal ku lakukan dengan meminta PIN BBM Natalia pada salah teman satu rombelnya, kebetulan dia adalah adik kosku. Ku invite nih PIN.nya eh tak selang beberapa lama aku di accept. Nah dari situ aku ngobrol panjang kali lebar dengannya, tanya-tanya bagaimana rasanya ketrima di UNNES, kesan kuliah perdana dan sebagainya, sampai akhirnya aku memutuskan untuk bertemu dengannya. Ya, Natalia mengatakan : “Mas, kalau mau ketemu aku, kebetulan besok Sabtu aku kuliah di B5 dianter Bapak, ayo kalau mau”. Langsung saja aku jawab : “Oke, Nat beres”.
Paginya setelah aku dan teman-teman volunteer difable care community kumpul membahas acara bakti sosial, ku ajak partner paling alay ku Ratih Hidayah untuk menemaniku bertemu Natalia. Awalnya aku canggung untuk menyapa ayahnya yang sedang duduk menunggui putrinya kuliah.
Sampai akhirnya aku berkenalan dengan Bapaknya, Pambudi Herlambang namanya. Wah beliau ini sosok ayah yang sangat ku kagumi. Bagaimana tidak ? Pak Herlambang ini rela antar jemput Natalia bahkan menunggui Natalia kuliah sampai selesai. Tak jarang dia pun rela menunggu putri kesayangannya itu untuk sekedar ngobrol-ngobrol dengan teman, ya seperti kami ini. Ya, ku manfaatkan waktu ku untuk bertanya-tanya dengan ayah Natalia. Tak banyak yang ku catat, tetapi satu hal harapan yang beliau titipkan padaku : Anak saya membutuhkan akses agar lebih mudah dalam menjalani proses perkuliahan, begitulah kira-kira.
Tuut..tuttt bunyi ponsel ayah Natalia berbunyi, ternyata Natalia sudah selesai kuliah. Bergegas ayahnya menjemputnya dari lantai 3. Aku saat itu hanya menungui ayahnya kembali. Betapa air mata ini tak kuasa menahan air mata saat melihat Natalia digendong ayahnya. Menyusul kemudian teman satu rombelnya membawakan kursi roda miliknya ke lantai dasar. Aku tertegun, dan bertanya pada Pak Herlambang :”Pak, setiap hari Natalia seperti ini ?”. Pak Herlambang menjawab :” Ya beginilah mas, mau bagaimana lagi ? yang penting Natalia semangat dalam menjalani kuliah. 


Digendong Ayahnya

Ahh senangnya bertemu langsung bersama Natalia, setelah ber-alay-alay ria di media sosial akhirnya ketahuan deh alay nya di dunia nyata. Hehehe. Pertemuan pertama, tak sedikit yang ku bahas, aku hanya menyodori sebendel nomor telepon voluntee difable care community yang siap menemani dirinya kuliah. Ya, miris rasanya membaca pesan singkat Natalia yang dikirmkan padaku seperti ini : Mas, aku lagi di lantai 3 sendirian nih, mau turun bingung kasihan bapak kalau harus naik turun.
Satu minggu berjalan, aku pun mendapatkan kabar gembira dari Natalia. Apa itu ? Ya, kelas yang diikutinya semua ditempatkan di lantai 1. Cesss, Alhamdulillahirrabil’alamin. Senengnya hatiku, mungkin ini gara-gara aku update status di sosial media terus dengan lancang aku menandai petinggi di kampusku. Hehehe
UNNES FAIR
Acara wajib untuk mahasiswa baru UNNES, saat itu Natalia kebingungan mau bagaimana ke UNNES FAIR karena ayah yang akan mengantarkannya tak tahu persis peta lokasinya. Baiklah ku putuskan untuk menemani dirinya. Kebetulan hari itu kosong nggak ada jam kuliah, Petrick dan Micin dua teman ku yang merupakan volunteer difable community UNNES pun tak sungkan ku ajak. Yup, kami tunggui Natalia kuliah sampai pukul 12.30 jam waktu kunjung fakultas Natalia. Segera aku, Petrick dan Micin mengikuti ayah Natalia yang mendorong kursi rodanya. Sampai di sana antrian di pintu masuk luar biasa bak audisi kontes nyanyi. Ku putuskan meminta panitia untuk mendahulukan Natalia masuk agar terhindar dari antrian macet. Yess berhasil. Sudah masuk UNNES FAIR aku mendampingi Natalia, lebih tepatnya membukakan akses jalan untuk dirinya lewat, soalnya rame sih. 30 menit berkeliling di UNNES FAIR akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat di depan panggung terbuka sampai pada akhirnya handphone Natalia bergetar, hari ini ada kuliah jam 13.00. Wah langsung nih bergegas kembali ke fakultas karena ada kelas mendadak. Sabar- sabar. 


UNNES FAIR 

STUDIUM GENERAL
Nah, tak kalah keren nih acara. Yup, acara studium general yang diperuntukkan untuk mahasiswa baru UNNES. Kebetulan Natalia memenita tolong padaku untuk menemani dirinya mengikuti acar tersebut. Demi apa nih ? Hehehe. Tak apalah, ku tanyakan jadwalnya ternyata dirinya mendapat jatah sesi kedua. Siapa pembicaranya coba ? Pak Ciptono, peraih Kick Andy Award. Beliau inilah pemerhati pendidikan difabel di Semarang, yang kedua adalah dokter Gamal. Fokusku pun ke Pak Ciptono malah, ku sampaikan pada Natalia kalau kamu mau nanti kamu utarakan pertanyaan pada beliau. Jelas mau mas, jawab dia mantap saat ku tanya. Sayangnya hari itu Natalia tidak ditemani ayahnya tetapi oleh tetangganya, mas Imam namanya. Wah, kerepotan jelas, mau nggak mau Budi mendorong kursi roda Natalia memasuki auditorium UNNES, senangnya tuh kebayar saat kami mendapat kursi paling depan yeyeye. Acara yabg ditunggu-tunggu pun dimulai, Pak Ciptono menyampaikan memberikan inspirasinya. Satu pesan yang ku catat : ”Anak berkebutuhan khusus tidak perlu dikasihani tetapi perlu diberikan kesempatan, mereka bukanlah produk gagal Tuhan karena Tuhan tidak pernah menciptakan produk gagal”. Air mata ku dan Natalia tak kuasa kami bendung saat menyaksikan penampilan dari adik-adik SLB pimpinan Pak Ciptono. Subhanallah, begitu adilnya engkau menciptakan manusia dengan segala kekurangan dan kelebihan. Seperti janji diawal, Natalia mengajukan pertanyaan pada Pak Ciptono, kira-kira seperti ini pertanyaannya : “Bapak, bagaimana caranya agar teman-teman seperti saya (Natalia) dapat diberikan kesempatan mendapatkan pendidikan seperti saya ?”. Pak Ciptono menjawab, jangan lihat anak difabel dengan kekuranggannya tetapi lihatlah dari potensi yang dia miliki. Begitulah, selesai acara Pak Ciptono mengajak Natalia bertemu di ruang transit meski hanya bertegur sapa dan mengucapkan selamat, namun ini mampu menjadi motivasi Natalia. 


STUDIUM GENERAL

PERSEMBAHAN TERINDAH DARI CAP KAKI TIGA
            Tak menyangka aku bisa menjadi salah satu pemenang utama, dimana harapannya akan diwujudkan. Berawal dari keteluran iseng adik kosku, aku mengikuti kompetisi foto bercerita. Ya, aku pikir ini keren banget kompetisinya. Selain harapannya diwujudkan, pemenang utama juga berkesempatan mengikuti meet and great bersama Choky Sitohang. Ah, sebenarnya bukan itu tujuan utamaku, aku hanya ingin sahabat baruku itu mendapat kemudahan dalam menjalani kuliah. Ya, sengaja kau tulis tentang dirinya dan ku lampirkan foto saat acara studium general. Satu bulan proses votting dibuka untuk menentukan pemenang favorit, hiburan dan utama. Ku akui dewan juri telah memilih dengan ketat dari berbagai peserta yang mengirimkan foto tersebut. Hari Jum’at aku di telepon oleh mbak Ranny dari perusahaan Cap Kaki Tiga kalau aku memenangkan kompetisi itu. Ahh, aku masih shock dan seperti mimpi ini, apa ini penipuan ? gusarku dalam hati. Ternyata tidak, ku percayai kalau ini bukan penipuan setelah mbak Ranny mengirimkanku 3 tiket pesawat, undangan, kamar hotel, tiket penjemputan kami. Subhanallah, begitu nikmat yang kau berikan pada ku. Segera saat itu ku kabari Natalia, kalau aku menang kompetisi dari Cap Kaki Tiga dan berkesempatan meet and great bersama Choky Sitohang. Natalia pun terkejut, tiba-tiba diberi kabar seperti itu, dia bingung mau jawab apa. U yakinkan kembali pada dirinya, kalau ini adalah bagian dari rencana Tuhan yang tidak kita ketahui. Akhirnya kami pun berangkat ke Jakarta.
            Di bandara,Natalia mendapatkan kemudahan akses dalam berkendara menggunakan pesawat. Alhamdulillah sekali, aku bisa mengajak Natalia dan Pak Herlambang untuk pertama kalinya naik pesawat. Perjalanan memakan waktu 50 menit untuk sampai di Jakarta. Sampainya diterminal Soekarno-Hatta kami dijemput oleh tim dan diajak muter-muter keliling Jakarta, entah lah kami tak tahu daerahnya yang kami perhatikan hanya macet. Setelah bermacet-macet ria, tim mengajak kami untuk makan malam bersama di sebuah restroran, ada banyak sekali menu makanan di sana. Natalia memesan ramen karena dia belum kesampaian makan ramen katanya, aku pesan nasi goreng makanan favoritku sedangkan Pak Herlambang memesan pecel. Hehehe. Kami pun bertemu dengan 2 pemenang lain dari Surabaya. Berkumpul bersama sambil ngobrol-ngobrol asik gitu.
            Pukul 23.00 WIB kami baru sampai di hotel, dan bergegas beristirahat untuk mengikuti serangkaian acara besok pagi. Dharmawangsa Venue menjadi saksi tangis bahagia sekaligus haru perjuangan Natalia kuliah di UNNES, dia menceritakan kisah perjuangannya demi menggapai cita-citanya menjadi seorang penterjemah. Tangis haru mewarnai serangkaian acara persembahan terindah dari Cap Kaki Tiga. Apalagi saat penyerahan kursi roda elektrik untuk Natalia, permintaan yang ku tuliskan dalam kompetisi persembahan terindah. Alhamdulillah, aku bersyukur kini kehadiran kursi roda elektrik tersebut dapat mempermudah  proses perkuliahan. 


PERSEMBAHAN TERINDAH

Demikian kisah pershabatan yang kami jalin di semseter ganjil ini, harapannya di semester mendatang akan lebih banyak pengalaman, tetap jaga persahabatan ini ya Natalia J

Kamis, 01 Januari 2015

Belajar Menulis dan Membaca Braile Bersama Volunteer Difable Care Community UNNES

Ternyata susah ya, mencoba membaca dan menulis dengan menggunakan huruf braile”. Inilah tanggapan salah satu volunteer Difable Care Community UNNES saat kami belajar perdana huruf braile. Yap, huruf braile merupakan huruf yang digunakan oleh penyandang tuna netra untuk membaca dan menulis. Huruf braile diciptakan oleh Louis Braille. 


Huruf Braile A - Z 

           Sejenak kita memejamkan mata, kemudian kami mencoba meraba huruf braile tersebut. Membaca huruf demi huruf menjadi sebuah kata dan menjadi sebuah kalimat. Subhanallah, ternyata tidak mudah teman untuk dapat membaca dengan menggunakan huruf braile. 


Belajar menulis dengan menggunakan braile 

Selanjutnya kami belajar menulis huruf braile, kami baru tahu tahu kalau untuk menulis huruf braile pun ada alat khususnya, reglette dan stilus namanya. Reglette bentuknya seperti penggaris berlubang sedangkan stilus menyerupai jarum atau paku yang ditancapkan pada kayu atau plastik. Wah, benar-benar pengalaman baru bisa mengenal reglette dan stilus. Kami pun mencoba membuat sebuah kata, “cekluk-cekluk, begitu lah bunyinya”. Syangnya saat itu kami menulis tidak dikertas khusus braille yang biasanya digunakan sebagai media menulis huruf braille.  

Bentuk reglette dan stilus

            Setelah puas belajar braille, kami pun belajar menggunakan tongkat yang biasa digunakan oleh penyandang tuna netra untuk berjalan. Pengalaman baru juga nih, tongkat yang biasa digunakan oleh penyandang tuna netra ternyata bukan sembarang tongkat loh teman, tongkta tersebut didesain supaya teman-teman tuna netra dapat berjalan dengan aman. Salah satu volunteerpun mencoba menggunakan tongkatnya, dengan memejamkan matanya untuk berjalan dan ternyata tidak mudah seperti yang kita bayangkan. 


Belajar menggunakan tongkat penyandang tuna netra 


Subhanallah, begitu adil Allah menciptakan hamba-Nya dengan segala kelebihan dan kekurangan. 

Galuh Sukmara Soejanto, S.Psi, M.A : Memaknai Pendidikan Inklusi

Oleh : Budi Wicaksono *
           
            Sekolah luar biasa yang selama ini kita kenal sebagai penjara bagi anak-anak berkebutuhan khusus dirasa sudah tidak efektif lagi pelaksanaannya. Hadirnya sekolah inklusi ditengarai mampu menjawab masalah yang sering dihadapi oleh penyelenggara pendidikan luar biasa. Pendidikan inklusi merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu dimana setiap anak dilayani sesuai dengan kebutuhan khususnya. Semua anak diusahakan untuk mendapatkan pelayanan secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana-prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya. Adanya penyesuaian terhadap kebutuhan peserta didik yang berbeda-beda memungkinkan setting yang berbeda dengan model pendidikan yang sudah ada sekarang.
Makna Baru Pendidikan Inklusi
           
Galuh Sukmara Soejanto, S.Psi, M.A , seorang deaf educator dari Rumah Belajar The Little Hijabi for Special Needs Childreen, Bekasi mengatakan selama ini guru-guru di sekolah luar biasa salah dalam mendidik anak diffabel. Kerap kali guru memaksakan anak diffabel, misalnya anak tuna rungu untuk bisa bicara dengan cara melatih terus menerus dan memaksakan agar dapat berkomunikasi . Kondisi amat disayangkan oleh Master Sign of Linguistics La Trobe University, Bundoora, Melbourne ini. Memaksakan dan melatih anak tuna rungu agar dapat berbicara bukan solusi yang tepat. Justru di sini lah peran guru sangat berperan dalam penyampaian bahasa isyarat. Sign Languange Instructor ini menjelaskan penyampaian bahasa isyarat kepada anak-anak tuna rungu jauh lebih memanusiakan mereka daripada harus memaksa mereka untuk berbicara. Kecenderungan yang ada, anak-anak tuna rungu lebih terbiasa menggunakan oral untuk berkomunikasi karena tidak diajarkan bahasa isyarat di sekolah. Kebetulan Galuh merupakan penyandang tuna rungu dan beliau pernah merasakan betapa sulitnya berkomunikasi dengan menggunakan oral. Memerhatikan setiap gerakan mulut agar mengetahui apa yang diutarakan menjadi hambatan terbesar bagi mereka. Oleh karenanya penyandang tuna rungu harus belajar bahasa isyarat. Stigma yang mengatakan kalau bahasa isyarat akan membuat kemuduran bahasa jelas tidak benar adanya. 
            Konsep pendidikan inklusi  yang diangkat oleh principal Sekolah Karakter Islam Nur Al-Hiraa (Inclusive school) ini tergolong baru. Di sekolahnya, Galuh menanamkan bagaimana caranya pendidik dapat memahami kebutuhan setiap anak difabel yang berbeda-beda. Sengaja beliau menjadikan satu anak-anak berkebutuhan khusus di sekolahnya tanpa adanya sekat. Inilah makna inklusi sebenarnya, tanpa adanya sekat khusus yang membatasi mereka untuk saling berinteraksi satu sama lain. Di sinilah peran bahasa isyarat diperlukan, tak hanya untuk penyandang tuna rungu saja tetapi untuk semua anak dengan karakteristik yang mereka miliki.

Model Pendidikan Inklusi
Selama ini model pendidikan inklusi yang diselenggarakan pemerintah adalah model pendidikan inklusi moderat. Adapun model moderat  meliputi pertama, pendidikan inklusi yang memadukan terpadu dan inklusi penuh, dimana model ini menyertakan peserta didik berkebutuhan khusus untuk menerima pembelajaran individual di kelas reguler. Kedua, model pendidikan mainstreaming, dimana model ini memadukan antara pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus dalam hal ini sekolah luar biasa  dengan pendidikan reguler. Peserta didik berkebutuhan khusus digabungkan ke dalam kelas reguler hanya untuk beberapa waktu saja.
Berbeda dengan model yang sudah ada, Galuh Sukmara Soejanto, S.Psi, M.A mencoba mengembangkan model pendekatan yang lebih humanis, dimana beliau lebih menekankan pada penyesuaian kebutuhan peserta didiknya berdasarkan kelainan, potensi kecerdasannya dan atau bakat istimewa yang dimilikinya. The Little Hijabi Homeshooling, Bekasi merupakan salah satu role model inovasi pendidikan inklusi. Dengan sistem homeschooling , guru mendampingi setiap siswa berkebutuhan khusus paling tidak 4-5 orang. Kemudian guru memberikan materi berdasarkan keinginan siswa. Proses penyampaian materi ajar pun disesuaikan dengan prinsip kenyamanan, maksudnya ketika anak merasa lebih mudah dan nyaman untuk menangkap materi maka guru dapat menggunakan gaya belajar  tersebut untuk menyampaikan materi. Di sini jelas setiap siswa memiliki gaya belajar sendiri-sendiri untuk itu guru bukanlah satu-satunya dijadikan sumber belajar tetapi siswalah yang dijadikan fokus sumber belajar guru. Galuh selalu menekankan kepada orang tua yang menyekolahkan anaknya di The Little Hijabi Homeschooling  untuk lebih mengapresisasi anak berkebutuhan khusus tanpa memandang sebelah mata kekurangan yang dimilikinya. Apresiasi ini akan menumbuhkan rasa percaya diri yang kuat pada anak. Hal ini sangat penting bagi proses perkembangan anak.
Pada akhirnya konsep inklusi memberikan pemahaman pada kita mengenai pentingnya penerimaan anak-anak yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk diberikan kesempatan mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.



*Mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang