Kali
ini aku mau bercerita bagaimana awal mulanya aku dan Natalia bisa berteman dan
sekarang bersahabat baik, berhubung banyak orang yang bertanya : lho kok bisa
Budi Wicaksono anak Fakultas Ilmu Pendidikan berteman dengan Natalia anak
Fakultas Bahasa dan Seni ? Hehehe itulah kami.
Awal
aku ketemu Natalia itu sewaktu verifikasi mahasiswa baru Universitas Negeri
Semarang tahun 2014, kebetulan pas itu aku lagi jaga stand advokasi. Keluarlah
dirinya didorong oleh ayahnya menggunakan kursi roda ke stand-stand khusus
mahasiswa baru. Saat itu dalam hatiku bergusar, ya inilah kesempatan,
kesempatan yang diberikan Tuhan untuk mengenalnya. Tak tahan air mataku menetes
melihat semangat Natalia yang saat itu aku belum mengenalnya.
Perkenalan
awal ku lakukan dengan meminta PIN BBM Natalia pada salah teman satu rombelnya,
kebetulan dia adalah adik kosku. Ku invite
nih PIN.nya eh tak selang beberapa lama aku di accept. Nah dari situ aku ngobrol panjang kali lebar dengannya,
tanya-tanya bagaimana rasanya ketrima di UNNES, kesan kuliah perdana dan
sebagainya, sampai akhirnya aku memutuskan untuk bertemu dengannya. Ya, Natalia
mengatakan : “Mas, kalau mau ketemu aku,
kebetulan besok Sabtu aku kuliah di B5 dianter Bapak, ayo kalau mau”. Langsung
saja aku jawab : “Oke, Nat beres”.
Paginya
setelah aku dan teman-teman volunteer
difable care community kumpul membahas acara bakti sosial, ku ajak partner
paling alay ku Ratih Hidayah untuk menemaniku bertemu Natalia. Awalnya aku canggung
untuk menyapa ayahnya yang sedang duduk menunggui putrinya kuliah.
Sampai akhirnya aku berkenalan dengan Bapaknya, Pambudi Herlambang namanya. Wah
beliau ini sosok ayah yang sangat ku kagumi. Bagaimana tidak ? Pak Herlambang
ini rela antar jemput Natalia bahkan menunggui Natalia kuliah sampai selesai.
Tak jarang dia pun rela menunggu putri kesayangannya itu untuk sekedar
ngobrol-ngobrol dengan teman, ya seperti kami ini. Ya, ku manfaatkan waktu ku
untuk bertanya-tanya dengan ayah Natalia. Tak banyak yang ku catat, tetapi satu
hal harapan yang beliau titipkan padaku : Anak saya membutuhkan akses agar
lebih mudah dalam menjalani proses perkuliahan, begitulah kira-kira.
Tuut..tuttt
bunyi ponsel ayah Natalia berbunyi, ternyata Natalia sudah selesai kuliah.
Bergegas ayahnya menjemputnya dari lantai 3. Aku saat itu hanya menungui
ayahnya kembali. Betapa air mata ini tak kuasa menahan air mata saat melihat
Natalia digendong ayahnya. Menyusul kemudian teman satu rombelnya membawakan
kursi roda miliknya ke lantai dasar. Aku tertegun, dan bertanya pada Pak
Herlambang :”Pak, setiap hari Natalia seperti ini ?”. Pak Herlambang menjawab :”
Ya beginilah mas, mau bagaimana lagi ? yang penting Natalia semangat dalam
menjalani kuliah.
Digendong Ayahnya
Ahh
senangnya bertemu langsung bersama Natalia, setelah ber-alay-alay ria di media
sosial akhirnya ketahuan deh alay nya di dunia nyata. Hehehe. Pertemuan
pertama, tak sedikit yang ku bahas, aku hanya menyodori sebendel nomor telepon voluntee difable care community yang
siap menemani dirinya kuliah. Ya, miris rasanya membaca pesan singkat Natalia yang
dikirmkan padaku seperti ini : Mas, aku
lagi di lantai 3 sendirian nih, mau turun bingung kasihan bapak kalau harus
naik turun.
Satu
minggu berjalan, aku pun mendapatkan kabar gembira dari Natalia. Apa itu ? Ya,
kelas yang diikutinya semua ditempatkan di lantai 1. Cesss, Alhamdulillahirrabil’alamin.
Senengnya hatiku, mungkin ini gara-gara aku update status di sosial media terus dengan lancang aku menandai
petinggi di kampusku. Hehehe
UNNES
FAIR
Acara
wajib untuk mahasiswa baru UNNES, saat itu Natalia kebingungan mau bagaimana ke
UNNES FAIR karena ayah yang akan mengantarkannya tak tahu persis peta
lokasinya. Baiklah ku putuskan untuk menemani dirinya. Kebetulan hari itu
kosong nggak ada jam kuliah, Petrick dan Micin dua teman ku yang merupakan
volunteer difable community UNNES pun tak sungkan ku ajak. Yup, kami tunggui
Natalia kuliah sampai pukul 12.30 jam waktu kunjung fakultas Natalia. Segera
aku, Petrick dan Micin mengikuti ayah Natalia yang mendorong kursi rodanya.
Sampai di sana antrian di pintu masuk luar biasa bak audisi kontes nyanyi. Ku
putuskan meminta panitia untuk mendahulukan Natalia masuk agar terhindar dari
antrian macet. Yess berhasil. Sudah masuk UNNES FAIR aku mendampingi Natalia,
lebih tepatnya membukakan akses jalan untuk dirinya lewat, soalnya rame sih. 30
menit berkeliling di UNNES FAIR akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat di
depan panggung terbuka sampai pada akhirnya handphone Natalia bergetar, hari
ini ada kuliah jam 13.00. Wah langsung nih bergegas kembali ke fakultas karena
ada kelas mendadak. Sabar- sabar.
UNNES FAIR
STUDIUM
GENERAL
Nah,
tak kalah keren nih acara. Yup, acara studium general yang diperuntukkan untuk
mahasiswa baru UNNES. Kebetulan Natalia memenita tolong padaku untuk menemani
dirinya mengikuti acar tersebut. Demi apa nih ? Hehehe. Tak apalah, ku tanyakan
jadwalnya ternyata dirinya mendapat jatah sesi kedua. Siapa pembicaranya coba ?
Pak Ciptono, peraih Kick Andy Award. Beliau
inilah pemerhati pendidikan difabel di Semarang, yang kedua adalah dokter
Gamal. Fokusku pun ke Pak Ciptono malah, ku sampaikan pada Natalia kalau kamu
mau nanti kamu utarakan pertanyaan pada beliau. Jelas mau mas, jawab dia mantap
saat ku tanya. Sayangnya hari itu Natalia tidak ditemani ayahnya tetapi oleh
tetangganya, mas Imam namanya. Wah, kerepotan jelas, mau nggak mau Budi
mendorong kursi roda Natalia memasuki auditorium UNNES, senangnya tuh kebayar
saat kami mendapat kursi paling depan yeyeye. Acara yabg ditunggu-tunggu pun
dimulai, Pak Ciptono menyampaikan memberikan inspirasinya. Satu pesan yang ku
catat : ”Anak berkebutuhan khusus tidak
perlu dikasihani tetapi perlu diberikan kesempatan, mereka bukanlah produk
gagal Tuhan karena Tuhan tidak pernah menciptakan produk gagal”. Air mata
ku dan Natalia tak kuasa kami bendung saat menyaksikan penampilan dari
adik-adik SLB pimpinan Pak Ciptono. Subhanallah,
begitu adilnya engkau menciptakan manusia dengan segala kekurangan dan
kelebihan. Seperti janji diawal, Natalia mengajukan pertanyaan pada Pak
Ciptono, kira-kira seperti ini pertanyaannya : “Bapak, bagaimana caranya agar teman-teman seperti saya (Natalia) dapat
diberikan kesempatan mendapatkan pendidikan seperti saya ?”. Pak Ciptono menjawab,
jangan lihat anak difabel dengan kekuranggannya tetapi lihatlah dari potensi
yang dia miliki. Begitulah, selesai acara Pak Ciptono mengajak Natalia bertemu
di ruang transit meski hanya bertegur sapa dan mengucapkan selamat, namun ini
mampu menjadi motivasi Natalia.
STUDIUM GENERAL
PERSEMBAHAN
TERINDAH DARI CAP KAKI TIGA
Tak menyangka aku bisa menjadi salah satu pemenang utama,
dimana harapannya akan diwujudkan. Berawal dari keteluran iseng adik kosku, aku
mengikuti kompetisi foto bercerita. Ya, aku pikir ini keren banget
kompetisinya. Selain harapannya diwujudkan, pemenang utama juga berkesempatan
mengikuti meet and great bersama
Choky Sitohang. Ah, sebenarnya bukan itu tujuan utamaku, aku hanya ingin
sahabat baruku itu mendapat kemudahan dalam menjalani kuliah. Ya, sengaja kau
tulis tentang dirinya dan ku lampirkan foto saat acara studium general. Satu
bulan proses votting dibuka untuk menentukan pemenang favorit, hiburan dan
utama. Ku akui dewan juri telah memilih dengan ketat dari berbagai peserta yang
mengirimkan foto tersebut. Hari Jum’at aku di telepon oleh mbak Ranny dari
perusahaan Cap Kaki Tiga kalau aku memenangkan kompetisi itu. Ahh, aku masih shock dan seperti mimpi ini, apa ini
penipuan ? gusarku dalam hati. Ternyata tidak, ku percayai kalau ini bukan
penipuan setelah mbak Ranny mengirimkanku 3 tiket pesawat, undangan, kamar
hotel, tiket penjemputan kami. Subhanallah,
begitu nikmat yang kau berikan pada ku. Segera saat itu ku kabari Natalia,
kalau aku menang kompetisi dari Cap Kaki Tiga dan berkesempatan meet and great bersama Choky Sitohang.
Natalia pun terkejut, tiba-tiba diberi kabar seperti itu, dia bingung mau jawab
apa. U yakinkan kembali pada dirinya, kalau ini adalah bagian dari rencana
Tuhan yang tidak kita ketahui. Akhirnya kami pun berangkat ke Jakarta.
Di bandara,Natalia mendapatkan kemudahan akses dalam
berkendara menggunakan pesawat. Alhamdulillah sekali, aku bisa mengajak Natalia
dan Pak Herlambang untuk pertama kalinya naik pesawat. Perjalanan memakan waktu
50 menit untuk sampai di Jakarta. Sampainya diterminal Soekarno-Hatta kami
dijemput oleh tim dan diajak muter-muter keliling Jakarta, entah lah kami tak
tahu daerahnya yang kami perhatikan hanya macet. Setelah bermacet-macet ria,
tim mengajak kami untuk makan malam bersama di sebuah restroran, ada banyak
sekali menu makanan di sana. Natalia memesan ramen karena dia belum kesampaian
makan ramen katanya, aku pesan nasi goreng makanan favoritku sedangkan Pak
Herlambang memesan pecel. Hehehe. Kami pun bertemu dengan 2 pemenang lain dari
Surabaya. Berkumpul bersama sambil ngobrol-ngobrol asik gitu.
Pukul 23.00 WIB kami baru sampai di hotel, dan bergegas
beristirahat untuk mengikuti serangkaian acara besok pagi. Dharmawangsa Venue
menjadi saksi tangis bahagia sekaligus haru perjuangan Natalia kuliah di UNNES,
dia menceritakan kisah perjuangannya demi menggapai cita-citanya menjadi
seorang penterjemah. Tangis haru mewarnai serangkaian acara persembahan
terindah dari Cap Kaki Tiga. Apalagi saat penyerahan kursi roda elektrik untuk
Natalia, permintaan yang ku tuliskan dalam kompetisi persembahan terindah.
Alhamdulillah, aku bersyukur kini kehadiran kursi roda elektrik tersebut dapat
mempermudah proses perkuliahan.
PERSEMBAHAN TERINDAH
Demikian kisah
pershabatan yang kami jalin di semseter ganjil ini, harapannya di semester
mendatang akan lebih banyak pengalaman, tetap jaga persahabatan ini ya Natalia J