Oleh : Budi
Wicaksono*
Sebulan
lalu, saya berkunjung ke Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga
Yogyakarta untuk menjawab rasa penasaranku terhadap universitas inklusi. Ya,
universitas yang terletak di Jalan Marsda Adisucipto membuatku kagum. Ketika
melewati sepanjang jalan di area kampus, saya disuguhi pemandangan berbeda yang
tak bisa ditemui di kampus lain. Hampir di semua sudut bangunan universitas
tersebut dilengkapi akses jalan khusus yang ditandai dengan rambu sebagai
penandanya. Ini namanya ramp, jalan
khusus bagi pengguna kursi roda dan tunanetra. Lanjut lagi, sahabatku
menunjukkan sebuah gedung bernamakan Pusat Layanan Difabel (PLD), ditempat
itulah layanan terhadap difabel diberikan. Tidak hanya akademik, PLD tetapi
juga mencaku juga melayani masalah admisi dan capacity building bagi difabel.
Pusat Layanan Difabel |
Memang
dukungan dan bantuan lembaga perguruan tinggi terhadap dunia disabilitas di
Indonesia masih tergolong rendah. Terbukti dari sedikitnya universitas yang
memiliki layanan khusus untuk penyandang disabilitas. Menurut Mimi Mariani,
seorang aktivis tunanetra mengatakan lemahnya pemahaman dan dukungan masyarakat
terhadap disabilitas di Indonesia karena minimnya perhatian dunia pendidikan.
Aktivis penyandang dua gelar master dari Universitas Indonesia dan University of Leeds, Inggris ini
menambahkan pendidikan mengenai disabilitas di luar negeri diberikan dari
tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Untuk di perguruan tinggi
misalnya, di semua jurusan pasti ada satu semester tentang disability dan wajib
diambil. Beliau menambahkan kalau kuliah di hukum pasti ada Law and Disability, kalau kuliah di
ekonomi ada Economy and Disability
dan bila di manajemen pasti ada Management
and Disability, sehingga setelah mereka lulus dari universitas sudah punya
pengetahuan betul tentang disabilitas.
Disadari
atau tidak, agaknya benar disinilah kekurangan pendidikan kita. Bukan hanya
akses dan layanan terhadap penyandang disabilitas, namun pemahaman terhadap
disabilitas itu sendiri masih minim. Buktinya, universitas yang memiliki
jurusan, pusat studi, atau layanan khusus terhadap penyandang disabilitas masih
sangat jarang. Bahkan universitas terkemuka sekalipun belum punya layanan
fasilitas. Beberapa universitas yang memiliki perhatian khusus terhadap
disabilitas selain Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta ada
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Universitas Brawijaya Malang
dan Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.
Pusat Layanan Pendidikan Mahasiswa Tunanetra (PUSYAN) |
Pusat
layanan difabel di universitas yang memiliki perhatian khusus terhadap difabel
berbeda satu sama lain. Di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) misalnya, ada
PUSYAN (Pusat Layanan Pendidikan Mahasiswa Tunanetra) yang merupakan bagian
dari Laboratorium Jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) Fakultas Ilmu Pendidikan
bekerjasama dengan Persatuan Tunanetra Indonesia (PERTUNI).
Menurut koordinator
PUSYAN, lembaga pelayanan ini didirikan dalam upaya mengatasi kendala dan
masalah yang dihadapi para mahasiswa tunanetra di sana. Berbeda kalau di
Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta ada lembaga pelayanan untuk
kepentingan disabilitas yang memiliki Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus
(PSIBK).
Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus (PSIBK) |
Meskipun USD merupakan universitas swasta namun dengan konsisten
menyelenggarakan pendidikan dan latihan guru untuk sekolah-sekolah luar biasa,
terutama sekolah khusus tunarungu. Di Universitas Brawijaya Malang ada Pusat
Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) yang berusaha memberikan layanan yang
komprehensif, menjangkau semua persoalan yang dibutuhkan warga kampus
penyandang disabilitas.
Pusat Studi Layanan Difabel |
Saat
ini dibutuhkan penyadaran di kalangan universitas terkait layanan untuk
mahasiswa disabilitas. Empat universitas yang sudah memiliki pusat studi
layanan difabel bagaikan setitik air ditengah lautan perguruan tinggi di
Indonesia. Terlalu kecil kesempatan yang kita berikan untuk penyandang
disabilitas menempuh pendidikan di universitas. Terlalu sedikit pula
universitas yang memberi perhatian terhadap hak memperoleh pendidikan ini.
Layanan
terhadap mahasiswa penyandang disabilitas di universitas secara garis besar
terdiri dari tiga bagian utama, yaitu lingkungan fisik, lingkungan sosial dan
lingkungan akademik. Sebagai contoh lingkungan fisik, dapat dimulai dengan
membangun fasilitas berupa ramp
sekeliling kampus bagi dan jalur bagi pengguna tongkat berjalan. Selanjutnya
membangun lingkungan sosial yang ramah dan tidak menjadikan penyandang
disabilitas terasingkan, misalnya dengan membangun fasilitas kantin yang ramah
terhadap penyandang disabilitas agar tetap terjadi interaksi yang baik antar
mahasiswa baik penyandang disabilitas maupun non disabilitas. Terakhir
membangun lingkungan akademik antara pengajar, materi yang akan disampaikan
kepada mahasiswa penyandang disabilitas dengan kurikulum yang menyesuaikan
dengan penyandang disabilitas yang bersangkutan.
Tentunya
untuk merealisasikan aksi-aksi tersebut dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan
kerjasama dari semua pihak yang terkait dengan kegiatan perkuliahan, mulai dari
pengajar hingga semua staf yang ada di dalam kampus. Salam Kesetaraan !
*Mahasiswa Jurusan
Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu
Pendidikan
Universitas Negeri
Semarang