Setiap
hari Minggu pagi di kawasan Car Free Day Simpang
Lima, Semarang tepatnya di depan tugu patung kuda UNDIP Pleburan aku bersama
kawan-kawanku biasanya ikut menyosialisasikan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO)
bersama teman-teman dari GERKATIN (Gerakan Untuk Kesejahteraan Tuna Rungu
Indonesia) SEMARANG. Sebelum melangkah
lebih jauh, Budi akan jelaskan apa itu BISINDO ?
BISINDO
pertama kali diciptakan dan dicetuskan oleh Dimyati Hakim (Ketua DPP
PERTRI), tunarungu, berkaitan dengan maraknya pertikaian dan polemik penggunaan
bahasa isyarat di Indonesia. Dimyati Hakim yang pertama kali meneliti dan membedakan
bentuk bahasa isyarat di Indonesia, yaitu berbentuk struktural dan konseptual
dengan memaparkan fungsi, maksud, tujuan, dan lingkup penggunaannya.
Salam
Angka
Sejatinya,
penggunaan bahasa isyarat dalam pergaulan komunitas tunarungu di masyarakat,
isyaratnya haruslah memenuhi 3 unsur utama, yaitu kecepatan, keringkasan dan
kepahaman. Melihat kenyataan tersebut diatas, sebagai sebab dan akibatnya maka
timbullah dua pandangan yang berbeda dalam penggunaan bahasa isyarat di
Indonesia, yaitu bahasa isyarat struktural yang berkaitan dengan struktur
bahasa Indonesia seperti yang berkaitan dengan struktur bahasa Indonesia
seperti yang digunakan dalam kamus SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia)
produk kementerian Pendidikan Nasional, dan bahasa isyarat konseptual yang
berkaitan dengan budaya dan karakter komunikasi tunarungu Indonesia yang hingga
saat ini masih diteliti oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan Bahasa Isyarat
Indonesia (Lemlitbang BISINDO) yang didirikan oleh Dimyati Hakim bersama
dengan teman-teman tunarungu Indonesia (Sumber : Persatuan Tuna Rungu Indonesia).
Seperti
yang sudah dijelaskan di atas, keberadaan BISINDO sebagai alat komunikasi
penyandang tuna rungu dengan masyarakat itu sangatlah penting. Pertama kali
Budi belajar BISINDO karena motivasi dari Ibu Galuh Sukmara saat beliau mengisi
Seminar Nasional Pendidikan Inklusi di kampusku. Aku merasa kesulitan untuk
berkomunikasi dengan beliau, ya karena sekali lagi saat itu aku belum bisa
belajar bahasa isyarat. Terus aku lihat Mas Rully, dia adalah translater
BISINDO, aku kagum dengannya. Nah inilah motivasi awal yang membuat aku
tertarik untuk belajar.
Selain
itu, Bu Galuh juga pernah menyampaikan pesan kepada ku, belajarlah BISINDO
karena dengan BISINDO kamu akan menghargai hak asasi penyandang tuna rungu.
Memang sih, kita yang seharusnya belajar dan memamahi mereka, bukannya mereka
yang harus kita paksakan untuk berkomunikasi sama seperti kita. Bukan begitu ?
Setelah
acara seminar itu selesai, aku memutuskan untuk mencari tempat sumber ilmu yang
dapat mengajarkanku BISINDO. Ternyata di Semarang ada dan kebetulan baru saja
di sosialisasikan oleh GERKATIN. Ku putuskan deh untuk gabung.
Belajar BISINDO
Pertama
kali belajar BISINDO, aku dibelajari oleh Libna. Libna merupakan penyandang
tuna rungu yang aktif menyosialisasikan BISINDO setiap minggunya. Butuh waktu
30 menit untuk belajar alfabet BISINDO. Yess, aku bisa, meski saat itu aku
masih lupa dengan huruf “H” tanganku selalu saja terbalik mempraktikkan. Hehee.
Setealah belajar alfabet aku pun belajar BISINDO lainnya, seperti
ucapan-ucapan, keluarga, angka, dsb. Alhamdulillah sedikit-sedikit bisa.
Buat
temen-temen yang penasaran ingin belajar BISINDO dan ingin turut serta
memperjuangkan BISINDO sebagai bahasa komunikasi penyandang tuna rungu
dimasyarakat, Ayo gabung bersama kami. Nanti kita akan bertemu dengan
teman-teman hebat di sana.