Oleh : Budi Wicaksono
Salah
satu mimpi yang ku tulis ke dalam 100 daftar mimpiku adalah mendirikan sekolah
inklusi. Dapat dikatakan ini adalah salah satu kontribusi yang ingin ku
sumbangkan setelah lulus dari sarjana pendidikan nanti. Alasanku cukup kuat
untuk mendirikan sekolah inklusi ini, melihat semakin banyaknya anak
berkebutuhan khusus (different ability)
yang kurang mendapatkan kesempatan untuk belajar. Stigma negatif tentang
kemampuan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus harus kita ubah dengan
perspektif yang lebih humanis karena setiap anak memiliki potensi
masing-masing.
Dewasa
ini, keberadaan sekolah luar biasa (SLB) dinilai sudah tidak mampu lagi menampung
jumlah anak berkebutuhan khusus yang semakin meningkat. Rasio antara jumlah
sekolah, tenaga pendidik dengan jumlah anak berkebutuhan khusus saat ini bisa
dikatakan tidaklah seimbang. Untuk itu, keberadaan sekolah inklusi dapat
dijadikan alternatif pendidikan selain SLB. Sekolah inklusi merupakan sekolah
yang memberikan pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik
bersama-sama dengan anak lainnya yang normal untuk memaksimalkan potensi yang
dimilikinya. Sekolah inklusi diselenggarakan di kelas reguler dengan melibatkan
semua peserta didik tanpa kecuali. Tentunya mereka dididik dan diberi layanan
pendidikan yang ramah dan tanpa diskriminasi.
Sekolah
inklusi di kotaku Kebumen tercatat baru 6, terdiri dari 4 sekolah dasar (SD)
dan 2 sekolah menengah pertama (SMP). Sekolah inklusi ini tergolong baru dan
menjadi percontohan bagi sekolah lain. Anak berkebutuhan khusus yang baru bisa
dilayani di sana yakni tuna netra, tuna daksa dan tuna rungu. Bagai gading yang
tak retak, penyelenggaraan sekolah inklusi di kotaku pun masih banyak kekurangan.
Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang seperti buku bacaaan dan media
pembelajaran perlu mendapat perhatian khusus. Sejauh ini kegiatan belajar
mengajar di kelas berlangsung dengan baik, sesuai dengan apa yang diharapkan.
Adanya pendampingan khusus bagi anak berkebutuhan khusus saat belajar
meringankan tugas guru kelas saat menyampaikan materi. Keberadaan anak
berkebutuhan khusus dinilai tidak menganggu keberlangsungan sistem belajar
mengajar di sana karena semua komponen kelas mendukung.
Atas
dasar pemikiran inilah, saya ingin merealisasikan mimpi tersebut dengan
membangun sebuah sekolah inklusi di Kebumen. Mengusung konsep go green, nantinya sekolah saya akan
buat menyerupai hutan mini dengan saung sebagai kelasnya. Diharapkan interaksi
antara anak berkebutuhan khusus dan anak normal akan lebih membaur lagi tanpa
sekat melalui alam. Tentunya sekolah inklusi berbasis alam ini disesuaikan
dengan anak berkebutuhan khusus agar lebih mudah diakses. Pembelajaran yang out of context akan dikembangkan di
sekolah alam inklusi yang akan saya buat. Siswa maupun guru tidak hanya terpacu
pada ketentuan yang ada, lebih dari itu siswa dapat diberikan kesempatan untuk
mengeksplor kemampuan yang mereka miliki melalui alam, begitu pun sebaliknya
guru akan semakin kreatif dalam memanfaatkan bahan yang ada di alam menjadi
sebuah media belajar.
Gambaran
sekolah inklusi yang akan saya buat dengan menggunakan pendekatan friendship dan metode field trip. Pendekatan friendship lebih membuka interaksi
antara siswa normal dan berkebutuhan khusus untuk saling mengerti satu sama
lain. Selain itu, guru juga tidak dianggap sebagai sosok yang menakutkan saat
menyampaikan materi karena mampu menyampaikan materi secara bersahabat. Metode field trip merupakan metode yang
disiapkan guna melakukan pembelajaran berbasis perjalanan. Field trip ini pun dapat digunakan sebagai sarana sosialisasi
kepada masyarakat tentang keberadaan sekolah inklusi. Ini adalah salah satu
usaha sadar untuk memberikan edukasi terhadap masyarakat tentang pendidikan
inklusi yang ranahnya tak hanya pada anak berkebutuhan khusus tetapi juga infrastruktur
yang aksesibel, pemberian layanan kesehatan dan transportasi massal.
Kita
seharusnya sadar bahwasanya pendidikan merupakan senjata paling ampuh untuk
mengubah dunia. Diskriminasi dalam pendidikan sudah seharusnya ditegakkan demi
terciptanya bangsa Indonesia yang cerdas dan bermartabat. Salam Pendidikan.
Kebumen, 19 Februari 2015
Cita cita yang mulia sekali, semoga cepat ter realisasikan
BalasHapusSaya juga memiliki mimpi yang sama....tapi bingung bagaimana memulainya
BalasHapuswah super sekali, semoga tercapai. SALUT.
BalasHapusboleh tanya itu untuk sekolah inklusi data di dapat dari mana ya mas?