Rabu, 18 Februari 2015

Mimpiku : Mendirikan Sekolah Inklusi

Oleh : Budi Wicaksono
            Salah satu mimpi yang ku tulis ke dalam 100 daftar mimpiku adalah mendirikan sekolah inklusi. Dapat dikatakan ini adalah salah satu kontribusi yang ingin ku sumbangkan setelah lulus dari sarjana pendidikan nanti. Alasanku cukup kuat untuk mendirikan sekolah inklusi ini, melihat semakin banyaknya anak berkebutuhan khusus (different ability) yang kurang mendapatkan kesempatan untuk belajar. Stigma negatif tentang kemampuan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus harus kita ubah dengan perspektif yang lebih humanis karena setiap anak memiliki potensi masing-masing.  
            Dewasa ini, keberadaan sekolah luar biasa (SLB) dinilai sudah tidak mampu lagi menampung jumlah anak berkebutuhan khusus yang semakin meningkat. Rasio antara jumlah sekolah, tenaga pendidik dengan jumlah anak berkebutuhan khusus saat ini bisa dikatakan tidaklah seimbang. Untuk itu, keberadaan sekolah inklusi dapat dijadikan alternatif pendidikan selain SLB. Sekolah inklusi merupakan sekolah yang memberikan pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik bersama-sama dengan anak lainnya yang normal untuk memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Sekolah inklusi diselenggarakan di kelas reguler dengan melibatkan semua peserta didik tanpa kecuali. Tentunya mereka dididik dan diberi layanan pendidikan yang ramah dan tanpa diskriminasi.
            Sekolah inklusi di kotaku Kebumen tercatat baru 6, terdiri dari 4 sekolah dasar (SD) dan 2 sekolah menengah pertama (SMP). Sekolah inklusi ini tergolong baru dan menjadi percontohan bagi sekolah lain. Anak berkebutuhan khusus yang baru bisa dilayani di sana yakni tuna netra, tuna daksa dan tuna rungu. Bagai gading yang tak retak, penyelenggaraan sekolah inklusi di kotaku pun masih banyak kekurangan. Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang seperti buku bacaaan dan media pembelajaran perlu mendapat perhatian khusus. Sejauh ini kegiatan belajar mengajar di kelas berlangsung dengan baik, sesuai dengan apa yang diharapkan. Adanya pendampingan khusus bagi anak berkebutuhan khusus saat belajar meringankan tugas guru kelas saat menyampaikan materi. Keberadaan anak berkebutuhan khusus dinilai tidak menganggu keberlangsungan sistem belajar mengajar di sana karena semua komponen kelas mendukung.
            Atas dasar pemikiran inilah, saya ingin merealisasikan mimpi tersebut dengan membangun sebuah sekolah inklusi di Kebumen. Mengusung konsep go green, nantinya sekolah saya akan buat menyerupai hutan mini dengan saung sebagai kelasnya. Diharapkan interaksi antara anak berkebutuhan khusus dan anak normal akan lebih membaur lagi tanpa sekat melalui alam. Tentunya sekolah inklusi berbasis alam ini disesuaikan dengan anak berkebutuhan khusus agar lebih mudah diakses. Pembelajaran yang out of context akan dikembangkan di sekolah alam inklusi yang akan saya buat. Siswa maupun guru tidak hanya terpacu pada ketentuan yang ada, lebih dari itu siswa dapat diberikan kesempatan untuk mengeksplor kemampuan yang mereka miliki melalui alam, begitu pun sebaliknya guru akan semakin kreatif dalam memanfaatkan bahan yang ada di alam menjadi sebuah media belajar.

            Gambaran sekolah inklusi yang akan saya buat dengan menggunakan pendekatan friendship dan metode field trip. Pendekatan friendship lebih membuka interaksi antara siswa normal dan berkebutuhan khusus untuk saling mengerti satu sama lain. Selain itu, guru juga tidak dianggap sebagai sosok yang menakutkan saat menyampaikan materi karena mampu menyampaikan materi secara bersahabat. Metode field trip merupakan metode yang disiapkan guna melakukan pembelajaran berbasis perjalanan. Field trip ini pun dapat digunakan sebagai sarana sosialisasi kepada masyarakat tentang keberadaan sekolah inklusi. Ini adalah salah satu usaha sadar untuk memberikan edukasi terhadap masyarakat tentang pendidikan inklusi yang ranahnya tak hanya pada anak berkebutuhan khusus tetapi juga infrastruktur yang aksesibel, pemberian layanan kesehatan dan transportasi massal.  
            Kita seharusnya sadar bahwasanya pendidikan merupakan senjata paling ampuh untuk mengubah dunia. Diskriminasi dalam pendidikan sudah seharusnya ditegakkan demi terciptanya bangsa Indonesia yang cerdas dan bermartabat. Salam Pendidikan.
Kebumen, 19 Februari 2015

3 komentar:

  1. Cita cita yang mulia sekali, semoga cepat ter realisasikan

    BalasHapus
  2. Saya juga memiliki mimpi yang sama....tapi bingung bagaimana memulainya

    BalasHapus
  3. wah super sekali, semoga tercapai. SALUT.
    boleh tanya itu untuk sekolah inklusi data di dapat dari mana ya mas?

    BalasHapus