Kamis, 09 Juli 2015 | 15.00 WIB
Oleh : Budi Wicaksono*
Abjad Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) yang menggunakan kedua tangan via id.wikipedia.org |
Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan
manusia, melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan manusia lainnya.
Bahasa juga merupakan kunci penguasaan ilmu pengetahuan dimana ada proses
pertukaran informasi yang dapat menambah pemahaman manusia akan sesuatu yang
disampaikannya. Sama halnya dengan bahasa pada umumnya, bahasa isyarat tidak
lepas dan tidak dapat dipisahkan dari penyandang tunarungu. Mengapa demikian ?
Bahasa isyarat sangat penting karena membantu perkembangan bahasa, kognitif dan
kematangan sosial penyandang tunarungu. Terlepas dari itu semua bahasa isyarat
mengantarkan penyandang tunarungu untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi
sosial dengan lingkungannya.
Di Indonesia ada dua bahasa isyarat yang digunakan. Pertama, Sistem Bahasa Isyarat Indonesia atau SIBI. Kedua, Bahasa Isyarat Indonesia atau
BISINDO. Apa perbedaanya ? SIBI merupakan bahasa isyarat yang diciptakan oleh
Alm. Anton Widyatmoko mantan kepala sekolah SLB / B Widya Bakti Semarang
bekerjasama dengan mantan kepala sekolah SLB / B di Jakarta dan Surabaya tanpa
melalui musyawarah dan persetujuan dari Gerakan Kesejahteraan Tunarungu
Indonesia atau GERKATIN yang pada akhirnya mengeluarkan sebuah produk kamus
bernama SIBI. Kamus SIBI telah diterbitkan oleh pemerintah dan disebarluaskan
melalui sekolah-sekolah khususnya SLB / B untuk penyandang tunarungu di
Indonesia sejak tahun 2001. SIBI hanya dapat digunakan sebagai bahasa isyarat
di sekolah dan tidak dapat dipergunakan sebagai bahasa isyarat komunikasi
sehari-hari penyandang tunarungu dalam berkomunikasi.
SIBI tidak dapat digunakan dalam komunikasi sehari-hari penyandang
tunarungu karena penerapan kosa kata yang tidak sesuai dengan aspirasi dan
nurani kaum tunrungu, terlebih penerapan bahasa yang terlalu baku dengan tata
bahasa kalimat bahasa Indonesia yang membuat kesulitan kaum tunarungu untuk
berkomunikasi. Kemudian dalam SIBI ditemukan banyak pengaruh alami, budaya dan
isyarat tunarungu dari luar negeri yang sulit dimengerti, sehingga memang benar
SIBI sulit dipergunakan oleh kaum tunarungu untuk berkomunikasi.
Berbeda dengan bahasa isyarat Indonesia (BISINDO) yang belakangan ini
mulai diperjuangkan oleh Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia (GERKATIN).
BISINDO merupakan bahasa isyarat alami budaya asli Indonesia yang dengan mudah
dapat digunakan dalam pergaulan isyarat kaum tunarungu sehari-hari. Kecepatan
dan kepraktisannya membuat kaum tunarungu lebih mudah memahami meski tidak
mengikuti aturan bahasa Indonesia sebagaimana yang digunakan SIBI.
via : https://www.youtube.com/watch?v=rgTv3eKQ9QI
Saat ini yang menjadi problem kaum tunarungu adalah penggunaan bahasa
isyarat yang akan mereka pakai dalam berkomunikasi ada dualisme di sana.
Melihat banyak kaum tunarungu yang kesulitan menggunakan SIBI maka secara tidak
langsung mereka akan kembali menggunakan bahasa isyarat Indonesia (BISINDO)
sebagai alat komunikasi sehari-hari. Perlu kita ketahui bersama, keberadaan
BISINDO hampir selama 33 tahun tidak diakui keberadaannya oleh pemerintah.
Mengapa ? karena pemerintah hanya mengakui keberadaan SIBI sebagai bahasa
isyarat kaum tunarungu. Padahal jelas, jika kita menilik dari proses
penyusunan, SIBI sama sekali tidak melibatkan kaum tunarungu untuk menyusun
bahasa isyarat.
Abjad Sitem Bahasa Isyarat Indonesia (SIBI) yang menggunakan satu tangan via id.wikipedia.org |
Sekarang tidak perlu kita menyalahkan adanya SIBI karena di
sekolah-sekolah khususnya SLB / B pun masih diajarkan dan digunakan sebagai
bahasa komunikasi dalam pendidikan. Yang menjadi fokus kita adalah bagaimana
mengembalikan kembali eksistensi bahasa isyarat Indonesia (BISINDO) dapat
digunakan oleh kaum tunarungu tanpa adanya paksaan sehingga dapat digunakan
sebagai alat komunikasi sehari-hari untuk berinteraksi dengan lingkungan
sosial.
Penulis secara sadar mengajak kepada para pembaca untuk ikut
mengeksistensikan kembali bahasa isyarat Indonesia agar dapat digunakan sebagai
alat komunikasi kaum tunarungu. Meskipun kita bukan penyandang tunarungu tetapi
kita masih bisa belajar BISINDO, ya itu tadi karena kepraktisan BISINDO
dibandingkan SIBI sehingga dapat dipelajari oleh siapa pun. Dewasa ini, BISINDO
sedang gencar di sosialisasikan oleh Gerakan Kesejahteraan Tunarungu Indonesia
(GERKATIN) agar masyarakat umum tahu bahasa isyarat yang digunakan untuk
berkomunikasi dengan kaum tunarungu melalui kegiatan seminar dan pelatihan.
Harapannya semakin banyak orang yang tahu dan bisa menggunakan BISINDO maka
eksistensi bahasa isyarat alami budaya asli Indonesia ini tidak akan hilang
keberadaanya. Mari dukung penggunaan bahasa isyarat Indonesia (BISINDO) agar
diakui oleh pemerintah. Buka mata, buka hati untuk kesetaraan.
*Mahasiswa Jurusan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Semarang
Founder Difable
Care Community
Tidak ada komentar:
Posting Komentar